Tuesday 11 October 2011

Perkembangan Batam Sebagai Bandar Kota Madani



Tidak asing mendengar Kota Batam bagi masyarakat Indonesia yang tahu tentang sejarah dan peranannya bagi bangsa Indonesia. Batam merupakan sebuah pulau kecil yang berada Pulau Sumatera, yang dikelilingi oleh laut dan berbatasan sangat dekat dengan Singapura. Dengan kondisi msayarakatnya yang terdiri dari beragam suku, Batam menjadi pulau yang kaya akan kebudayaan. Kota Batam menyumbang lebih dari 20% devisa negara di sektor industri dan pariwisatanya. Dengan jumlah tersebut, bisa dikatakan kalau Batam merupakan sebua pulau “kecil – kecil cabe rawit“. Selain itu, Batam juga mengembangkan potensi pariwisatanya yang berhasil menarik pengunjung domestik maupun internasional.
Pembangunan Kota Batam dimulai ketika pengungsi dari Vietnam datang untuk berlindung dari perang saudara yang berkecamuk di Vietnam yang mengancam nyawa mereka. Titik Awal Perencanaan Wilayah dimulai dari sini. Ketika pengungsi tersebut berlabuh di Pulau Batam, dengan teknologi sederhana mereka membangun tempat tinggal, Gereja, dan galangan kapal. Meskipun tidak terlihat megah, tapi pembangunan di daerah pesisir tersebut cukup tertata dan aman bagi kelangsungan hidup mereka. Mereka bekerja sebagai nelayan dengan peralatan tradisional dan mulai membangun tambak ikan di sepanjang pantai.
Beberapa tahun kemudian, sekitar abad ke-19, Batam mulai berinovasi dengan membangun jembatan antar empat pulau disekitarnya. Pembangunan ini tidak lepas dari pengaruh sang Bapak Teknologi Indonesia, Prof. Ing. BJ Habibie yang mencanangkan pembangunan jembatan tersebut dengan biaya lebih dari miliaran yang sampai sekarang masih berdiri tegap.
Batam kemudian beralih ke pembangunan di sektor perumahan untuk tempat tinggal. Disinilah permasalahan mulai muncul. Batam yang memiliki hutan harus rela ditebang demi memenuhi permintaan tempat tinggal. Lebih dari itu, pembangunannya pun tidak merata di segala sektor. Masih banyak permukiman kumuh yang menjadikan letak tata kota kurang indah. Waktu demi waktu, permukiman tersebut bisa tertata rapi hingga akhirnya Batam mendapat Piala Adipura pada tahun 2009 dan 2010 sebagai kota terbersih.
Namun yang menjadi kekhawatiran besar adalah bagaimana Batam dimasa akan datang untuk menjadi bandar madani, kota yang sejahtera dan dinamis. Persaingan teknologi dan tata kota menjadi sebuah patokan untuk mencapai sebuah hasil yang baik.
Maka dari itu, kita harus menanamkan kalimat “City Is Us” di dalam diri kita sendiri, kita mempedulikan kota sebagaimana kita mempedulikan diri kita sendiri

0 comments:

Post a Comment

free web counter
visitors by country counter

Followers

Tobi of Akatsuki Sprite